Kisah Penjual Buket di Blitar yang Berbisnis dari Ketidaksengajaan hingga Berbuah Cuan

Penjual buket di Blitar, Titis Wahyu Utami 

Buket, parcel, hingga hampers menjadi bisnis yang belakangan ini sangat menjanjikan. Sebab, ada saja orang yang membelinya untuk merayakan wisuda, ulang tahun, perayaan hari penting, hingga lebaran untuk diberikan sebagai hadiah pada orang terkasih.

Salah satu penjual buket di Blitar bernama Titis Wahyu Utami, telah menggeluti bisnis buket, parcel dan hampers ini selama 4,5 tahun. Perempuan berusia 27 tahun itu memulai bisnisnya dari ketidaksengajaan. 

Bermula dari Ketidaksengajaan, Berbuah Cuan 

Aneka buket dari byme_twu.id

Ia mengawali bisnis ini tepatnya di akhir 2020. Setelah lulus kuliah, Titis ingin membuat buket untuk teman-temannya yang wisuda. Keinginan itu ia tuangkan dalam bentuk membuat piala boneka untuk beberapa temannya.

“Ada juga teman yang sidang, terus saya ingin bikin buket untuk teman tapi ya masih jelek,” ujarnya saat ditemui pada Sabtu sore, (22/2/2025) lalu.

Dari hasil karya buketnya itu, perempuan yang kerap disapa Titis ini memfoto dan mengunggah di media sosialnya. 

Dari sanalah ketidaksengajaan dalam hidupnya terjadi. Keponakannya yang melihat buketnya itu pun lalu membagikan foto tersebut. Tak disangka, justru pelanggan pertama Titis datang. Seorang teman dari keponakannya itu ingin memesan dua buah buket snack.

Tanpa ragu, Titis pun mengiyakan pesanan dua buket snack, masing-masing seharga Rp25.000. Berkat promosi lewat postingan di media sosial serta dari mulut ke mulut, pesanan buketnya mulai berdatangan.

Berawal dari ketidaksengajaan, semenjak itu Titis pun menangkap peluang besar dalam berbisnis buket.

“Aku dulu nggak paham (bisnis buket, red) padahal pas kuliah jadi peluang besar. Sekarang buket jadi hal yang booming. Buket menjadi keperluan yang dibutuhkan oleh semua kalangan termasuk anak-anak saat wisuda,” ungkapnya.

Dirinya pun mulai membuat poster untuk marketing dan memberi nama bisnisnya itu ‘byme_twu.id’. Nama itu diambil dari singkatan namanya dengan memiliki arti ‘dari saya Titis Wahyu Utami’ dan dengan identitas id sebagai tanda Indonesia. 

Namun, bisnis yang baru berjalan itu juga tidak mudah dilakukan olehnya. Apalagi, saat itu Pandemi Covid-19 yang sedang naik turun juga membuat kondisi bisnisnya belum stabil. Alhasil di 2021, sedikit sekali pembeli buketnya. Kalau pun ada itu hanya untuk kado biasa.

Di akhir 2022, Titis pun memutuskan untuk mengikuti online class buket dari Annura Craftt, sebuah kelas buket di Padang, Sumatera Barat, yang memberikan pelatihan tentang menghias buket. Di kelas ini, dirinya mendapatkan sertifikat sebagai bukti keseriusan serta keikutsertaannya selama online class.

Tak hanya itu, ia juga mengikuti kelas online dari kolaborasi Choco glitz dan Joane Flowery. Dari hasil mengikuti kelas-kelas online tersebut, kemampuannya dalam merangkai dan mendesain aneka buket pun semakin berkembang. Dirinya pun berani menerima berbagai jenis buket kecuali untuk jenis barang botol minuman keras. 

Titis bercerita, kalau ia pernah mendapatkan pesanan buket yang unik yaitu buket kenalpot. Beberapa jenis buket yang juga pernah dipesan pelanggan seperti buket bunga, buket uang, buket foto, buket alat masak hingga buket sandal.

Harga yang Titis tawarkan untuk pembuatan buket, hampers, dan parcel ini mulai dari Rp35 ribu hingga Rp250 ribu. Namun, ia juga menerima jasa pembuatannya saja dan bisa request baik isian barang maupun harganya. 

Nekat Buka Toko Buket 

Toko buket di Blitar byme_twu.id

Sebagai anak sulung dari dua bersaudara, Titis pun nekat membuka toko buket di depan rumahnya. Tepatnya, berada di Desa Sumberasri RT 02 RW 06, Kecamatan Nglegok, Blitar.

Sebenarnya, alasan dirinya berani untuk membuka toko buket itu karena usulan dari orang tua. Toko yang didukung support orang tuanya itu didirikan dengan harapan agar bisnisnya terus berkembang. 

Mulanya dari toko full buket, kemudian merambah ke aksesoris perkadoan dan perlengkapan alat tulis untuk anak sekolah. 

Toko yang sudah berjalan selama 2,5 tahun itu, penuh dengan aneka buket dan aksesoris. Di setiap sudut dindingnya, berdiri beberapa buket seperti buket bunga, buket snack, hingga buket boneka. 

Di area tengah toko, berjajar dengan rapi aneka aksesoris anak-anak seperti perlengkapan sekolah dan ada beberapa mainan kecil. Di sudut bagian toko yang lain, ada aneka snack yang Titis siapkan sebagai stok untuk buket atau snack anak sekolahan.

Ketika hendak memulai bisnis ini, modal tak menjadi hambatan berarti baginya. Berbisnis buket juga tidak membutuhkan banyak biaya. Titis mengaku hanya membutuhkan modal awal sekitar Rp200 ribu saja. Dari modal itu, ia sudah bisa membeli peralatan untuk membuat buket seperti kertas, hiasan, lem, bahan buket, dan sebagainya. 

Dari yang mulanya hanya buket, Titis pun kemudian memperluas bisnisnya ke parcel, hampers, hantaran, hingga mahar pernikahan.

Meski saat ini banyak penjual buket tetapi, prinsipnya untuk mempertahankan ciri khas menghias dari keterampilan tangannya itu tak pernah ia abaikan. Dirinya dengan percaya diri berkata bahwa komposisi yang presisi dan rapi menjadi ciri khasnya.

“Kalau kata orang-orang, buket saya itu katanya punya kompoisisi yang presisi dan rapi. Itu kata orang-orang loh ya,” ujarnya.

Titis sendiri juga mengaku bahwa dirinya sangat terbuka dengan berbagai jenis request buket dari pembeli. Bahkan calon pembeli bisa membawa barang sendiri untuk kemudian dibuatkan buket olehnya.

Meski begitu, ia menekankan bahwa jika ada calon pembeli yang request untuk membuat buket yang sama persis seperti milik orang lain, dirinya tidak bisa.

“Kalau ada yang request buket seperti gambar yang ditunjukkan itu aku tolak karena setiap penjual buket punya ciri khas masing-masing, dan aku nggak mau menyamakan dengan orang lain. Terus aku bilang nggak bisa, soalnya takutnya nanti ada pembeli yang membanding-bandingkan kok nggak sama seperti keinginan mereka,” imbuhnya.

Menghadapi Tantangan dan Terus Bergerak Maju

Sejauh ini, Titis merasa bahwa tantangannya selama menjalankan bisnis buket di Blitar ini adalah promosi. Ia tak ragu mengakui bahwa dirinya memang jarang sekali untuk upload konten-konten foto ataupun video di media sosialnya. Meski, dirinya memiliki Instagram, Facebook, dan TikTok baik pribadi maupun dengan nama byme_twu.id.

“Yang tersulit promosi, aslinya ingin ganti nama tapi bingung karena orang-orang sudah mengenal nama dan gambar brand. Takutnya ciri khasnya hilang dan takut orang tidak kenal lagi,” ungkapnya merasakan kekhawatiran itu.

Meski begitu, berkat promosi yang dilakukan lewat omongan orang ke orang, selalu ada saja yang pesan buket darinya.

“Membangun brand itu sulit tapi yang mudah dari omongan-omongan, dari ketidaksengajaan keponakan akhirnya bisa sampai sekarang,” lanjutnya.

Selain itu, permasalahan biaya ongkir yang mahal juga menjadi kendalanya dalam mengembangkan bisnis ini melalui marketplace. Sebab, beberapa ada calon pembeli dari luar kota yang akhirnya gagal membeli buketnya karena terbebani biaya ongkir.

Meski begitu, Titis membagikan cerita salah satu pembeli yang ada saja rela membeli buket darinya padahal berada di daerah Sumatera. 

“Pembeli itu rela membayar ongkir sebesar Rp180 ribu,” katanya.

Meski ada juga pembeli yang rela membayar ongkir mahal tetapi, perempuan asal Nglegok ini belum berani memasarkannya lebih banyak di marketplace.

Oleh karenanya, ia pun punya harapan besar untuk terus bisa mengembangkan bisnis buketnya ini. Ia berharap ke depan, buket juga hampers dan parcel yang sering orang pesan di bulan Ramadhan ini juga bisa dijangkau oleh lebih banyak orang.

Ia juga ingin mengembangkan bisnisnya ini lewat promosi yang lebih matang dan rutin. Selain itu, keinginannya di tahun lalu yang belum terealisasi yaitu ingin menambah bisnis soevenir. Berharap keinginan itu akan segera ia wujudkan.

Jika kalian tertarik dan sedang mencari buket, hampers, parcel lebaran atau hantaran untuk pernikahan, silakan kunjungi Instagrammya @byme_twu.id. Kalian akan menemukan berbagai hasil karya buket hingga hampers yang menakjubkan.


Posting Komentar untuk " Kisah Penjual Buket di Blitar yang Berbisnis dari Ketidaksengajaan hingga Berbuah Cuan"